Kamis, 07 Oktober 2010

Dua yang Terpenting: Semangat dan Kebebasan


Semangat ..

Ini yang terhilang dari kelompok penari balet di sebuah sekolah ternama. Mereka terus berlatih, melentukkan otot-otot, namun tarian mereka tanpa ruh, tanpa jiwa, tanpa semangat, tanpa passion. Pelatih mereka terlalu strict, menuntut kesempurnaan, kepatuhan mutlak, disiplin tingkat tinggi, tetapi takut memberi mereka kebebasan. Pemberian kebebasan dianggap sebagai ancaman melemahnya disiplin di antara para penari balet itu.

Kehadiran kelompok penari street dance yang berjiwa bebas, suka mengeksplorasi gerakan-gerakan baru diharapkan membawa semangat di dalam diri mereka. Sebab apalah artinya sebuah tarian tanpa semangat? Sama sekali tidak menarik, tidak menyentuh hati, kosong.

Kerapkali didikan yang terlalu menekankan disiplin tingkat tinggi, terlalu banyak aturan, ancaman hukuman bagi yang melanggarnya hanya menciptakan manusia-manusia yang kaku, tidak bisa menikmati karyanya. Pemberian kebebasan dianggap sebagai ancaman, hilangnya status quo, terjadinya pelanggaran yang lebih banyak lagi, hilangnya disiplin dalam diri seseorang. Kebebasan sedemikian dirindukan, namun sekaligus ditakuti.

Siapa yang tidak ingin menghirup udara bebas, terbang melayang bak burung di udara, bebas mengembangkan daya imajinasinya?

Namun agaknya kita sudah terbiasa terkurung dalam sangkar. Kita lebih memilih di dalam sangkar daripada terbang bebas keluar. Di dalam sangkar lebih nyaman, terjamin, tidak usah repot-repot cari makan sendiri, makanan buatan pabrik dan air minum cukup tersedia. Di luar sangkar terlalu beresiko, tidak ada jaminan, bisa-bisa kelaparan, kehausan, kehujanan, kepanasan, ditembak, kena perangkap, dikuliti, disate, dipanggang. Kita sudah terlalu nyaman di dalam sangkar, sehingga kemampuan kita untuk terbang tinggi pun menjadi hilang.

Untunglah kehadiran kelompok penari street dance membawa angin segar, semangat baru mulai merasuki kelompok penari balet. Mereka tidak lagi menari tanpa ruh, tanpa jiwa, tanpa emosi. Aroma kebebasan itu mulai terasa. Mereka tidak lagi menari dengan cara yang sama. Tarian mereka baru, terlihat kuat, bersemangat, hidup!

Bagaimana pun, demi menghasilkan sebuah koreografi yang indah, mau tidak mau kelompok penari street dance juga mesti belajar balet, sementara kelompok penari balet belajar street dance. Pembelajaran di tahap awal memang selalu tidak mudah. Berkali-kali kelompok street dance merasa bosan mempelajari gerakan-gerakan balet yang selalu sama, jinjit, mengepak-ngepakkan tangan, melatih kelenturan, jinjit lagi. Sementara kelompok penari balet harus berjuang keras untuk dapat menciptakan gerakan-gerakan baru di luar tradisi, aturan, kebiasaan sebagaimana street dance tercipta pada awalnya.

Akhirnya mereka berhasil setelah sekian lama berlatih, mengulang, berkomunikasi, kerja sama, saling belajar. Yang penting semangat baru itu sudah merasuki kelompok penari balet. Semangat, inilah yang terpenting.

Tanpa semangat, sebuah tarian hanyalah berupa gerakan-gerakan tanpa ruh, tanpa ekspresi, tanpa jiwa, tanpa kekuatan untuk membuat mata 'tak berkedip tanda terpesona. Tanpa semangat, sebuah permainan musik hanyalah terkesan seperti mesin. Tanpa semangat, sebuah pidato hanya membuang-buang waktu audience yang mendengarnya, menimbulkan rasa bosan, kantuk, tidak mendapat apa-apa. Satu lagi yang penting: jangan takut untuk mengembangkan imajinasi. Jangan takut untuk bebas.

Kebebasan memang mengandung resiko, rasa tidak nyaman, tetapi kebebasan juga mengandung peluang untuk terbang tinggi, menciptakan gagasan-gagasan baru, memelihara semangat, menjadikan hidup lebih hidup.

Jangan takut untuk menjadi manusia-manusia yang bebas. Teruslah memelihara semangat dan hati yang bebas untuk mencintai apa pun yang kita kerjakan.


Bekasi, 1 September 2010
10.11 pm
Markus Hadinata